Perbedaan Masyarakat Kota Dan Desa Dari Contoh Pikirnya

Perbedaan masyarakat kota dan desa – Seiring berkembangnya waktu, kebiasaan dan pola pikir sebuah masyarakat di suatu negara niscaya juga ikut berkembang. Di Indonesia, tahap perkembangan yang dihadapi tiap masyarakat wilayahnya bermacam-macam. Ada yang cepat, ada juga yang lambat. Meskipun demikian, masih banyak sisi nyata di masing-masing sisi kawasan yang mengalami perkembangan baik itu cepat atau lambat. Ada beberapa hal yang kentara perihal perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Berikut ulasannya.
 kebiasaan dan pola pikir sebuah masyarakat di suatu negara niscaya juga ikut berkembang Perbedaan Masyarakat Kota Dan Desa Dari Pola Pikirnya

1. Rasa sosial
Perbedaan masyarakat kota dan desa yang pertama kali sanggup kita lihat ialah dari rasa sosialnya. Dapat dicontohkan apabila di lingkungan kota, semua orang akan terlalu sibuk bekerja. Mereka hanya mempunyai waktu di sore atau malam hari, sehingga terkadang beberapa di antara mereka memanfaatkan sisa waktu mereka hanya untuk istirahat, atau untuk bersama keluarga. Kegiatan sosial ibarat siskamling tak jarang malah dikerjakan oleh seseorang yang dibayar contohnya hansip. 

Apabila ditinjau di masyarakat pedesaan, keberadaan hansip tentu kurang diharapkan terutama alasannya warga desa sendiri yang menjaga kampungnya. Contoh lain ialah dalam budaya gotong royong, masyarakat desa akan lebih aktif. Misalnya ada seseorang yang sedang membangun rumah. Ia sanggup meminta tetangganya untuk membantu membangun rumahnya dengan tenaga yang dimiliki tetangga. Sedangkan masyarakat perkotaan akan memanggil tukang bangunan yang dibayar untuk menuntaskan pembangunan rumah atau gedung. 

2. Cara berpikir
Perbedaan masyarakat kota dan desa yang kedua ialah dari cara berpikirnya. Pada masyarakat kota, cara berpikir yang dimiliki sangat bersifat materialis dan egosentris. Sebenarnya kedua sifat itu tidak sepenuhnya buruk, alasannya bagi masyarakat kota mempunyai hidup yang cukup untuk diri sendiri dan keluarga ialah lebih baik daripada mengurusi hidup orang lain. Cara berpikir ibarat ini menciptakan masyarakat kota cenderung kompetitif. Tidak jarang dari mereka yang secara tidak sengaja membangun rumah dengan tembok pagar yang tinggi dengan alasan takut dimasuki maling. Ini ialah salah satu indikator bahwa si pemilik rumah tidak mempercayai lingkungan sekitar maupun penjagaan dari masyarakat setempat. Masyarakat kota dinilai apatis terhadap permasalahan tetangganya. Berbeda dengan desa yang masyarakatnya percaya satu sama lain dan mempunyai empati tinggi. Hanya saja, masyarakat desa cenderung tidak berpikir maju.

Dua hal yang dipaparkan di atas sanggup perbedaan utama masyarakat kota dan desa, namun tidak berarti menjudge atas masyarakat desa ataupun masyarakat kota. Terkadang perubahan yang menyebabkan masyarakat kota menjadi lebih maju daripada masyarakat desa bukan berarti menciptakan masyarakat kota lebih baik. Juga bukan berarti budaya sosial yang baik di masyarakat desa ialah sepenuhnya baik. Bukankah masyarakat kota dalam peradabannya juga pernah menjadi masyarakat desa? Sekian.

0 komentar